Jumat, 24 Februari 2012

Happy Cooking !! Part 3

Again and Again… Because My Brother
Aku terus memanggil nama Oppa. Tak lama aku mendengar pintu terkunci. Aku segera berlari menuju pintu. “Hey… buka… buka pintunya…” teriakku meminta tolong. Tak ada seorang pun yg menanggapiku. Akupun memberanikan masuk lebih dalam dengan berjalan mundur dan “Aaaaa…” teriakku kaget saat menabrak seorang namja. “Hah Jeongmin…” ucapku. “Sedang apa kau di sini?” tanyaku padanya. Jeongmin berbalik bertanya padaku “Lalu, kau?”. Aku terdiam sejenak. “Aku terjebak di sini. Gyu Ri dan lainnya mengunciku di sini” lanjutku. “Pintu dikunci?” tanya Jeongmin kaget. “Ne…” jawabku. Jeongmin menundukkan kepalanya dan berkata “Terpaksa kita menunggu di sini hingga besok pagi”. “Mwo? Tapi... Aaaaa” ucapku terhenti saat lampu perpustakaan mati. Aku menundukan kepala lalu menangis. “Sudahlah. Kau tidak sendiri” ucapnya sambil mendekat padaku.
Aku mengeluarkan handphoneku dari tas dan mencoba menghubungi Oppa Chun ji. “Oppa… Oppa… Angkat teleponnya” gumamku menunggu jawaban dari Oppa Chun ji.
Aku terus menghubungi Chun Ji hingga handphoneku mati. Tapi, tak ada jawaban darinya. “Oppa… aku takut” gumamku pelan. Jeongmin mendengar ucapanku. “Sudahlah… Jangan takut, aku di sini” ucapnya.
Suhu yg lembab membuatku terus bersin “Haccih… Haccih”. “Kau kenapa?” tanya Jeongmin. “Sebenarnya, aku alergi dg suhu yg lembab dan debu” jawabku “Haccih…”. Jeongmin memberikan jaketnya padaku. “Pakai ini dan istirahatlah…” ucapnya. Tak berapa lama, tak sengaja aku tertidur dipundaknya.
          < HAPPY COOKING >
“Ri rin… Hwang Ri rin. Bangunlah, sudah pagi” ucapnya membangunkan tidurku dan tersadar aku tidur di pundaknya “Mian, Mianhae…”. “Anieyo. Gwenchanayo” jawabnya.
Tak lama, aku mendengar suara pintu terbuka. “Hey. Sedang apa kalian di sini?” tegur penjaga perpustakaan. “Mian. Semalam kami terjebak di sini dan kami sudah mencoba untuk mencari pertolongan akan tetapi tidak ada tanggapan” ucap Jeongmin. “Oh… Cepatlah pulang” perintahnya.
Saat aku berdiri, kepalaku terasa pusing dan hampir saja jatuh. “Ri rin… apa kau baik-baik saja?" tanya Jeongmin. “Gaja… aku akan mengantarkanmu pulang” lanjutnya.
Jeongmin mengantarku pulang.
Tok Tok Tok!!! Jeongmin mengetuk pintu rumah. Oppa Chun ji membukakan pintu dan terkejut saat melihatku diantar oleh Jeongmin. “Ri rin. Kemana saja kau? Lalu, siapa dia?” tanya Chun ji. “Mian… bukankah kau pacarnya Ri rin?” tanya Jeongmin pada Chun ji. “Nanti aku jelaskan. Masuklah dulu” perintah Chun ji. Jeongmin mengantarku ke kamar. “Oppa…” panggilku. “Ye…” jawab Chun Ji. “Semalam aku terus menghubungimu tapi kau tidak menjawab” keluhku. “Mwo? Mianhae… Handphoneku ketinggalan di rumah” jawabnya.
Jeongmin semakin heran dengan hubunganku dan Oppa Chun ji. “Ah… Gomawo…” ucap Chun ji terpotong karena tak tahu namanya. “Jeongmin” jawab Jeongmin. “Ah ne… Gomawo telah menjaga adikku” Lanjut Chun ji. “Adik?” gumam Jeongmin pelan. “Mian, pasti kau heran. Sebenarnya kami adik-kakak. Hanya saja, aku meminta Ri rin untuk bilang bahwa aku pacarnya pada teman-teman. Karena, aku ingin membuat teman-temannya tidak mengganggu Ri rin lagi” ujar Oppa Chun ji. Jeongmin mengalihkan pandangannya padaku sejenak. “Tolong. Berpura-puralah tidak tahu. Dan jika aku sedang tak bersamanya. Aku titipkan Ri rin padamu” lanjut Chun ji lalu pergi meninggalkan Jeongmin. Jeongmin mendekatiku “Tenanglah…” gumam Jeongmin pelan lalu pergi dari kamarku dan berpamitan pada Chun ji.
Beberapa jam kemudian…
“Appa… Appa…”panggilku mengigau. “Oppa… Oppa…”. Oppa Chun ji datang menghampiriku. “Ri rin… Kau kenapa?” tanya Chunji. “Ash…” teriakku terbangun dari tidur dengan napas terengah-engah. “Oppa…” panggilku lalu memeluk Oppa Chun ji. “Aku bertemu dengan Appa dan Oppa ikut bersamanya meninggalkan aku dan Eomma. Oppa, jangan pergi” keluhku sambil menangis kecil. “Anieyo… Oppa tidak akan meninggalkanmu, Oppa sangat sayang padamu” ujarnya menenangkanku. “Gaja… Kita makan dulu” ajak Oppa.
“Waw… Sejak kapan Oppa bisa masak?” ejekku pada Chun ji sambil menyenggolnya. “Yaaa… Kau mengejekku? Walau aku tidak belajar di sekolah masak, tapi Oppa jago buat masak ini” jawabnya kesal. “Mianhae, Oppa” bujukku sambil terus menyenggolnya lalu Oppa Chun ji terjatuh. “Ash…” Chun ji kesal. Aku hanya tersenyum menertawakannya.
“Oppa… Kita ke Bioskop, yuk!” bujukku sambil makan. “Kapan?” tanya Chun ji dengan mulut penuh makananan. “Sekarang” jawabku. Oppa Chun ji tersedak. “Sekarang? Besok sajalah, Oppa sangat lelah” jawabnya lalu minum. “Ah Oppa…” Aku mengerutkan dahiku lalu pergi ke kamar dan mengunci pintu.
“Ri rin… Hwang Ri rin…” bujuk Oppa sambil mengetuk pintu. “Aku sedang menangis, Oppa” teriakku. “Mwo? Menangis saja bilang pada Oppa” ujarnya mengejekku. “Oppa…” teriakku kencang. “Ne… Kita pergi ke Bioskop. Tapi, buka dulu pintunya” ujar Chun ji. Aku membukakan pintu. “Begitu saja menangis, pantas saja tidak ada namja yg ingin bersamamu” ejeknya kembali. Aku menutup pintu dan Chun ji menahannya. “Ne… Mianhae… Bersiaplah, kita pergi sekarang”
>>> Bioskop
“Tunggu sebentar” ucap Chun ji. “Apa lagi, Oppa?” tanyaku kesal. “Tunggu, aku mengajak seseorang untuk ikut menonton bersama kita” jawab Chun ji sambil melihat ke segala arah, “Tunggu sebentar…” lanjutnya.
“Annyeong…” sapa seorang namja dari belakang. “Jeongmin” gumamku pelan terkejut. “Mian, kalian yg mengajakku tapi aku yg datang telat. Mianhae” ujar Jeongmin. “Anieyo. Gwenchana” jawab Chun ji. “Gaja…” ajakku sambil menarik tangan Oppa Chun ji. Jeongmin mengikuti dari belakang.
Oppa Chun ji membelikan tiket Movie Horor. “Yaaa… Oppa, kenapa ini?” keluhku cemberut. “Hanya ini yg tersisa. Oppa sudah bilang besok saja tapi kau ingin sekarang” jawab Chun ji. Aku menundukkan kepalaku. “Jangan menangis lagi, malu” tegur Chun ji memojokkanku. Jeongmin hanya tersenyum.
Aku duduk di samping Jeongmin karena Oppa Chun ji tidak ingin duduk di sampingku. “Oppa…” keluhku. “Apa lagi? Sudahlah tidak aka nada apa-apa” jawab Chun ji. “Ne…”
Aku tertenduk tak berani melihat. “Kau kenapa?” tanya Jeongmin. “Jangan pikirkan dia biarkan dia agar berani” ejek Oppa Chun ji.
Sesekali aku memberanikan untuk menonton dan tepat pada saat hantunya muncul. “Aaaa…” teriakku dan refleks berlindung pada Jeongmin. “Pabbo…” ucap Chun ji mengejekku lagi. Aku menangis di pundak Jeongmin hingga berakhir.
Aku terus memeluk tangan Chun ji. “Menangis lagi… Ash, kalau begini teman-temanmu akan terus mengejekmu” ucap Chun ji. Jeongmin hanya tersenyum.
Tak lama, kita bertemu dengan Gyu Ri dkk. “Yaaa… sedang apa kalian? Apa kalian menonton bersama?” tanya Gyu Ri. “Ne… Kita baru saja selesai menonton” jawab Jeongmin. Mereka terus melihatku yg tidak melepaskan tangan Oppa Chun ji. “Kau kenapa?” tanya Nam Shi. “Dia hanya mengantuk. Kalau begitu kita pamit pulang lebih dulu” jawab Chun ji. Jeongmin mengangguk dan tersenyum. “Yaaa… beruntung sekali, yeoja seperti dia mendapatkan namja yg sangat sempurna seperti itu…” gumam Nam Shi pelan. “Ey…” tegur Gyu Ri lalu tersenyum pada Jeongmin. “Mian. Sepertinya aku juga harus pulang” ujar Jeongmin berpamitan lalu pergi meninggalkan mereka.
“Jeongmin…” teriap Chun ji memanggil Jeongmin saat melewati Jeongmin. Jeongmin melambaikan tangannya dan menunduk.
Jeongmal pabboya. Menangis dan menangis lagi. Untung saja, teman-temanmu itu tidak melihat sedang menangis. Jika mereka tahu, semua rencana gagal” ucap Chunji terus berbicara. “Berhenti…” teriakku dan Chun ji menghentikkan mobil. “Wae?”. “Aku lelah mendengar semua kata-katamu. Kau bukan Oppaku yg dulu” jawabku lalu keluar dari mobil. Chun ji mengikutiku. “Mian… Mianhae…” ucapnya sambil memelukku. “Sekarang apa maumu?” lanjutnya. “Antarkan aku ke Appa” pintaku. Chun ji mengikuti permintaanku untuk pergi ke makam Appa.
“Appa, kami datang…” ucapku saat datang. “Appa, Oppa jahat padaku” lanjutku. “Anieyo, Appa. Dia saja yg cengeng” jawabnya sambil menyenggolku. “Appa. Mian, kita tidak bisa lama-lama karena hari mulai gelap. Bye…” ucapku lalu pergi.
>>> Rumah
“Annyeong…” sapa Eomma yg ternyata sudah pulang. “Yaaa… Ri rin, kau sangat cantik. Kenapa tidak sejak dulu kau begini. Siapa yg membuatmu begini?” tanya Eomma. Aku melihat ke arah Oppa Chun ji. “Aaa… Oppa yg melakukannya? Baguslah… Tapi, mengapa wajahmu di tekuk seperti itu?” lanjutnya. “Biasa Eomma. Sikap manjanya datang lagi” ejek Chun ji. “Aaaa… Oppa” teriakku sambil memukulnya. “Ash. Tidak boleh seperti itu pada Oppamu. Tandanya dia sayang padamu. Sudah jangan bertengkar, Eomma tidak pernah melihat kalian begini” ucapnya lalu pergi ke dapur dan aku masuk ke kamar.
Tak lama, Eomma memanggil “Ri rin… Chun ji… Makan dulu”. “Ne…” jawabku.
“Waw… Menu baru?” tanya Chun ji. “Ne… Eomma ingin pendapat kalian. Jika masakan ini enak, Eomma akan tambahkan ke dalam daftar menu restaurant” jawab Eomma sambil memberikan sendok dan garpu. Aku dan Oppa Chun ji segera menikmatinya. “Enak sekali…” ucapku memuji menu baru Eomma dg mulut penuh makanan. “Mwo? Baguslah… Hati-hati tersedak” jawab Eomma sambil menyodorkan minuman.
Kami menghabiskan makanannya. “Kenyang sekali…” gumam Chun ji sambil memegang perutnya. “Perut jelek begitu dielus” ejekku. “Enak saja” elaknya lalu bergaya mengangkat kedua tangannya. “Jelek” teriakku lalu berlari ke kamar dan mengunci pintu. “Yaaa…” teriak Chun ji. Eomma tertawa melihatku dengan Chun ji.
< HAPPY COOKING >

TO BE CONTINUED…
Bagaimana hari esok???

Happy Cooking !! Part 2

My brother changed my live
Nyanyian burung di pagi hari membangunkanku. Aku segera bersiap-siap. Aku mencari keberadaan Jeongmin dan ternyata Oppa sudah menungguku di mobil. “Hey… Lambat sekali” teriak Chun ji. “Ne…” jawabku.
Aku segera masuk mobil dan bertanya pada Chun ji “Oppa, ini masih terlalu pagi untuk pergi ke sekolah”. “Siapa yg akan pergi ke sekolah sekarang?” ujarnya. Aku kembali bertanya “Lalu kita akan pergi kemana?”. “Ikuti saja” jawabnya.
Chun ji membawaku ke sebuah salon. “Oppa, untuk apa kita datang kesini?” tanyaku sambil menarik tangannya.
Seorang yeoja mendatangi kami. “Annyeonghaseyo. Ada yg dapat kami bantu?” sapanya. “Annyeonghaseyo. Bibi, tolong ubah adikku ini secantik mungkin” pinta Chun ji. Lalu yooja tersebut membawaku ke dalam ruangan. Oppa Chun ji terus menungguku.
“Cham yeppeoyo” ujarnya. “Ah Oppa… Ini tidak cocok untukku” jawabku. “Pabbo… Kau lebih cantik seperti ini. Dan langkah selanjutnya kau harus ubah sikapmu dan katakana pada temanmu jika Oppa ini kekasihmu” lanjutnya. “Untuk apa?” tanyaku. Oppa menarik tanganku dan memasukkanku ke dalam mobil. “Sudah lakukan saja”’ ujarnya. Oppa memanggil yeoja yg telah mengubahku “Bibi… Gomawo”.
Oppa Chun ji mengantarkanku hingga depan sekolah. Hee Ja, Nam Shi, dan Gyu Ri (Three Angels) melihatku sedang bersama Oppa di dalam mobil. Chun ji menggunakan kesempatan itu untuk membuat mereka geram. Jeongmin memelukku dan berkata “Ingat. Jangan sampai mereka curiga, jaga sikapmu dan katakan bahwa Oppa ini kekasihmu”. “Ne… Oppa” jawabku lalu keluar dari mobil. Oppa membuka kaca mobil dan melambaikan tangannya. Three Angels semakin geram.
Aku terus berjalan menuju kelas. Semua memandangku karena perubahan penampilanku.
Keadaan kelas yg ribut berubah menjadi sunyi saat aku masuk. Mereka terus memandangku tapi aku harus bersikap berbeda demi permintaan Oppaku.
“Annyeong…” sapa seorang temanku yg biasanya menyambutku dengan ejekan pedas. Aku membalas sapaan darinya “Annyeong…”. Lalu, Three Angels datang menghampiriku. “Heh. Sejak kapan penampilanmu berubah seperti ini? Kau ingin mengalahkan kami” ucap Hee Ja lalu mendorongku. Aku terjatuh dan seorang namja membantuku untuk berdiri. “Gomawo…” ucapku. Dan itu ternyata Jeongmin “Eh, Mianhae. Kemarin Cakeku mengenai wajahmu” lanjutku. “Ye…” jawabnya.
“Heh… Jangan mengalihkan pembicaraan” ujar Hee Ja. “Ye…” lanjut Nam Shi. Aku memberanikan diri untuk menghadapi mereka “Apa hak kalian melarangku? Penting!”. “Ash… Kau” jawab Hee Ja. Gyu Ri melanjutkan perkataan Hee Ja “Eh, Kau belum menjelaskan siapa namja yg selalu bersamamu? Katakanlah, sebelum Master Chef datang”. “Oh. Itu kekasihku” jawabku singkat. Semua terkejut mendengar perkataanku.
Beberapa saat kemudian Master Chef datang. “Annyeonghaseyo” sapanya. “Annyeonghaseyo” jawab semua siswa. “Ne… Saya kecewa dengan hasil praktek kalian kemarin. Jadi, untuk itu saya ingin kalian melakukannya kembali tapi dengan tema STRAWBERRY CAKE. Ye… kita segera ke ruang praktek”.
Semua siswa pergi ke ruang praktek.
“Aku akan buktikan pada mereka bahwa aku bisa seperti Eomma” ucapku pelan.
Aku terus berkonsentrasi dalam pembuatan Cake. Aku akan membuat Cake yg sesuai dengan imajinasiku. Dan akhirnya, aku berhasil membuat Cake yg benar-benar aku inginkan.
Beberapa Master Chef mencoba semua Cake yg telah dibuat semua siswa. Aku melihat ekspresi yg baik saat Master Chef mencoba Cake buatanku. Dan pada akhirnya pada hari ini juga Master Chef akan mengumunkan Cake yg paling baik. “Ne… Silahkan kalian masuk ke kelas. Kami akan berdiskusi dahulu dan hasilnya akan kami umumkan hari ini juga” ujar salah satu Master Chef.
Semua siswa masuk ke kelas.
Three Angels melanjutkan pembicaraan tadi. “Heh… Mana mungkin dia suka padamu?” ujar Nam Shi. Aku mulai nyaman dengan aku yg sekarang. “ Jinjayo? Lalu, yg mengubahku seperti ini siapa?” ujarku membalikkan keadaan. Mereka terdiam dan tak lama, Master Chef masuk dan segera mengumunkan hasilnya. “Annyeonghaseyo… Saya sudah mendapatkan hasilnya dan ini benar-benar membuat kami terkejut” ujar salah satu Master Chef. “Naega…” teriak Gyu Ri. Semua menertawakannya.
“Dan hasil Cake terbaik kali ini adalah Cake dari………” ujar Master Chef. Semua siswa merasa tegang. “Hwang Ri Rin” lanjutnya.
Semua menatapku tidak percaya dan termasuk aku yg tidak mempercayai hal ini.
“Selamat untuk Hwang Ri Rin. Saya senang dengan perubahanmu. Pertahankan…” ujar seorang Master Chef. “Gamsahamnida…” jawabku sambil tersenyum. “Cheonmaneyo… Ne… Pertemuan kali ini cukup sampai di sini. Bye…” lanjutnya.
Perubahanku ini membuat banyak orang mendekatiku dan ingin berteman denganku. Entah apa yg mereka pikirkan dengan keadaanku dulu, bukankah ini sama saja?, pikirku saat menuju halaman depan sekolah.
“Ririn…” panggil seorang namja.
“Ah, itu Oppa Chun ji. Cepat sekali dia datang menjemputku” ucapku pelan. Aku merasa Three Angels sedang memperhatikanku.
“Oppa…” panggilku. Aku segera masuk mobil dan pulang ke rumah.
“Rin. Bagaimana tanggapan mereka saat melihat perubahanmu?” tanya Chun ji setelah sampai di rumah. “Haha. Semua berbalik” jawabku. Oppa Chun ji bertanya kembali tak percaya “Jinjayo?”. “Ne…” jawabku kembali. “Aaaahhh… Baguskan rencana Oppa?” ujarnya narsis sambil mengacak-acak rambutku. “Oppa…” teriakku lalu tertawa bersama. Tak lama, Oppa Chun ji mendapatkan pesan dari Eomma: Eomma mendapatkan pesan Master Chef di tempat Ririn sekolah. Dia bilang bahwa Ririn berhasil membuat Cake terbaik dari teman-temannya. Eomma titip salam untuk Ririn dan buatlah dia tetap bahagia. Eomma titipkan Ririn padamu.
“Ey. Kau berhasil membuat Cake terbaik?” ujar Jeongmin. “Ne…” jawabku singkat. “Aaaaa… Adikku hebat…” lanjutnya sambil memelukku kencang. “Oppa… Lepaskan…” pintaku dan berusaha melepaskan pelukan Oppa Chun ji. Chun ji melepaskan pelukannya lalu berganti mencubit pipiku hingga merah. “Oppa…… Sakiiiiit” teriakku.
“Mian… Mianhae… aku terlalu bahagia” ujarnya polos. “Harusnya aku yg lebih bahagia, kenapa kau?” jawabku sambil memegangi pipiku yg sakit. “Ye… Ye… Mianhae…” lanjutnya.
Malamnya seperti biasa, kita duduk di teras atas. “Heeeeuuuuhhhhh” keluh Oppa Chun ji. “Oppa… Wae?” tanyaku sambil menarik tangannya. “Anieyo. Aku hanya sedih karena 2 minggu lagi aku harus sudah kembali ke asrama” jawabnya. “Lalu?” ujarku. “Ash… Pabbo. Kalau aku di sana, aku tidak dapat bersenang-senang lagi denganmu” lanjutnya. “Pabbo… Masih ada lain waktu” ujarku membalikkan ucapannya dan berlari kabur darinya. “Aih… Kau berani berkata seperti itu, aku Oppamu” ucapnya lalu mengejarku. Kita terus saling mengejar.
“Hah Hah Hah.. Oppa, sudah cukup aku lelah” pintaku. “Ne…” jawabnya. “Lalu, besok bagaimana rencana untuk besok? Mian, aku tidak dapat membantumu, besok. Aku ada janji dengan temanku” lanjutnya. “Ne, doemnida. Aku bisa jaga diriku sendiri” jawabku. “Oke. Jika ada masalah, kau hubungi Oppa secepatnya” ucapnya lalu masuk ke dalam rumah.
          < HAPPY COOKING >
Aku terbangun saat mendengar suara menyalakan mesin mobil. Aku segera keluar dari kamar dan mencari Oppa Chun ji. “Oppa… Oppa…” panggilku. Aku mencarinya ke seluruh sudut rumah. Yg ku temui bukan Oppa Chun ji tetapi secarik kertas yg tertempel di kulkas.
Adikku sayang. Oppa berangkat lebih pagi karena teman Oppa sudah menunggu lama. Mian.
Saranghae, Oppa Jeongmin.
“Yaah Oppa. Kenapa tidak pergi nanti sore saja? Hari ini kan aku sekolah jam 7 malam. Aku sendiri di rumah” ucapku, berbicara dan mengeluh sendiri.
Yg aku lakukan di rumah hanya diam di kamar dan main games. Hingga tak terasa, langit sudah mulai gelap. Aku bersiap-siap untuk pergi ke sekolah dan terpaksa pergi sendiri.
Aku datang tepat jam 7. Dan tak berapa lama Master Chef masuk dan menjelaskan menu terbaru yg harus kita pelajari. Saat penyampaian materi, aku merasa bahwa Gyu Ri, Hee Ja dan Nam Shi sedang merencanakan sesuatu. Tapi, aku tidak memperdulikannya dan fokus pada materi yg dijelaskan Master Chef.
Akhirnya sekolah selesai pada jam 9. Aku merasa takut untuk pulang sendiri dan aku mencoba untuk menghubungi Oppa Chun ji. Tapi, pesan itu tidak dapat terkirim. Aku semakin gelisah dan tak lama Nam Shi, Gyu Ri dan Hee Ja datang menghampiriku.
“Annyeonghaseyo…” sapa mereka. “Annyeonghaseyo…” jawabku. “Heum… Lama yah menunggu dia…” ujar Gyu Ri. Nam Shi melanjutkan ucapan dari Gyu Ri “Aku melihat dia sedang di Perpustakaan menunggumu. Cepat sana”. “Gomawo” ucapku lalu pergi ke Perpustakaan. Ri, Hee Ja dan Nam Shi mengikutiku dari belakang.
“Oppa… Oppa…” panggilku mencari keberadaan Oppa Chun ji.

TO BE CONTINUED
Apa yg akan terjadi? Tunggu Part selanjutnya… :D

Happy Cooking !! Part 1

Because of You
Annyeonghaseyo. Namaku Hwang Ririn. Orang bilang bahwa aku adalah orang yg sangat cocok untuk dijadikan sasaran kejahilan teman-temanku.
Kini, aku hanya tinggal bersama Eomma. Eommaku seorang Koki terkenal di Korea. Sedangkan Appa, dia sudah meninggal 3 tahun yg lalu karena kecelakaan pesawat. Dan Oppa Jeongmin, tinggal di Asrama pelatihan sebagai Pilot.
Harapan Eomma, aku bisa menjadi Koki terkenal seperti dia. Oleh karena itu, Eomma menyekolahkanku di Sekolah Masak. Begitupun dengan Oppa, Eomma berharap Oppa bisa seperti Appa menjadi seorang Pilot handal.
Sudah hampir 1 tahun aku sekolah di sini. Tapi, kemampuan masakku belum sepantas dengan kemampuan Eomma karena hobbiku yg selalu mengganggu temanku dan tidak berkonsentari pada materi.
“Oh, Ri Rin. Sampai kapan kau akan terus begini?” ujar Eomma saat melihat hasil praktek masakku di sekolah. “Mian Eomma. Mianhae… Mulai saat ini aku akan lebih berkonsentrasi” ucapku sambil duduk di hadapannya. “Ye… Berdirilah. Untuk kali ini, eomma maafkan. Tapi, jika test selanjutnya kau tidak bisa. Mianhae… Eomma tidak akan mengizinkanmu keluar rumah selama 3 bulann dan menyiapkan pelatih untukmu” ujarnya lalu masuk ke dapur. Aku mengikutinya. “Mengapa tidak Eomma saja yg mengajariku? Bukankah Eomma Koki terkenal?” tanyaku. “Anie… Jika bersama Eomma, kau akan lebih bermalas-malasan. Sudah, pergi sana” jawabnya.
Aku segera masuk kamar. “Mianhae Eomma… Oh, andai Appa masih hidup dan Oppa tidak tinggal di Asrama, aku tidak akan merasa kesepia” Pikirku.
Aku terus memikirkan itu hingga aku tertidur.
“Ririn...” panggilan Eomma membangunkanku. Aku melihat jam, sudah menunjukan jam 07. 30. Waaaaahhhh, aku terlambat. Aku segera bersiap-siap. Dan saat menuju ruang makan, aku kaget saat melihat Oppa Chun ji sedang sarapan bersama Eomma. “Oppa…” panggilku lalu berlari memeluknya. “Ye…” jawabnya. “Oppa, Mengapa kau baru pulang? Aku sangat merindukanmu” ujarku sambil terus memeluknya. “Ne… Aku juga sangat merindukanmu. Cepat habiskan makananmu, biar Oppa yg mengantarmu sekolah” ucapnya membuatku melepaskan pelukanku dan segera menghabiskan sepotong roti yg sudah di siapkan Eomma. “Ye… Kita pergi” ucapku lalu menarik tangan Jeongmin. “Eh. Eomma, kita pergi” ujarnya sambil melambaikan tangan. Eomma tertawa melihat tingkahku.
Aku membukakan pintu mobil untuknya sebagai tanda kasih sayangku pada Oppa Chun ji. “Gomawo, Ri Rin…” ujarnya lalu menyalakan mobil. “Cheonmaneyo, Oppa” ucapku sambil tersenyum padanya.
Akhirnya kita sampai di sekolahku. “Gomawo, Oppa. Saranghae” ucapku sambil melambaikan tangan padanya. “Cheonma, Ririn. Nanti kau tidak perlu meminta Eomma untuk menjemputmu, biar Oppa yg akan memjemput” ujarnya. “Ah, Jinjayo?” tanyaku pada Jeongmin. “Ye…” jawabnya. Aku berlari menuju mobil, lalu mencubit pipinya. “Gomawo, Oppa… Gomawo……” ucapku. Jeongmin mengerungkan dahinya… Lalu, aku segera berlari menuju kelasku.
Aku terkejut saat masuk ke kelas. Teman-teman kelasku menjahiliku dengan menyimpan ember yg berisi tepung dan telur di atas pintu. Semua menertawakanku.
Aku segera berlari ke toilet. Aku menangis dan terus menangis. Tak lama Chun ji menelponku dan mendengarku sedang menangis. “Hey, mengapa kau menangis?” tanya Chun ji. “Anieyo…” jawabku lalu menangis semakin kencang.
Oppa Chun ji pergi mencariku di sekolah dan menanyakan keberadaanku. Dan akhirnya dia menemukakan sedang menangis di toilet sekolah.
“Ririn...” panggilnya. “Oppa…” jawabku sambil menangis. “Siapa yg berani melakukan ini padamu?” tanya Chun ji. Aku tidak menjawab pertanyaannya malah menangis semakin kencang. “Ya sudahlah. Kita pulang…” lanjutnya.
Jeongmin membawaku pulang ke rumah. Semua pandangan bertuju padaku.
Sampai di rumah aku terus menangis. Eomma terkejut melihatku. “Wae?” tanya Eomma. “Sepertinya Ririn dijahili oleh teman-temannya” jawab Chun ji. “Ah sayangku...” ujar Eomma. Eomma membantuku membersihkan tepung-telur yg menempel di badanku. Lalu, Eomma memintaku untuk beristirahat.
Badanku menjadi demam tinggi. Eomma terus menungguku. Dan tak sengaja aku mengigau. “Appa… Appa… Aku lelah, Appa”. Mendengar itu, Eomma menangis lalu pergi dari kamarku. Jeongmin segera pergi ke kamarku. Dan mengantikan Eomma menjagaku.
Selama 3 hari, aku tidak pergi ke sekolah dan hanya merenung di kamar. Melihat keadaanku, Jeongmin bernyanyi untukku. Tapi, usahanya sia-sia.
Keesokkan harinya, aku memutuskan untuk pergi sekolah. “Aku ingin sekolah” ucapku saat kita makan bersama. “Apa kau yakin?” tanya Eomma sambil menyuapiku. “Ne…” jawabku singkat. “Biar aku yg mengantarnya ke sekolah. Eomma tidak usah khawatir, aku tidak akan membiarkan Ririn menangis karena teman-temannya” ujar Chun ji.
Oppa Chun ji mengantarku hingga depan kelas. “Kalau teman-temanmu membuatmu sedih, katakan padaku” ucap Jeongmin sambil memegang pipiku. “Ne…” jawabku. Lalu, aku masuk ke kelas begitu saja.
Karena kejadian itu, sikapku kini sedikit berubah. Semua teman mengenjekku tapi aku hanya diam. Tak lama Hee Ja, Nam Shi, dan Gyu Ri masuk kelas. Mereka adalah salah satu grup penguasa sekolah. Mereka yg slalu mempunyai ide untuk menjahili siswa di sekolah.
“Annyeonghaseyo…” ucap mereka mendekatiku dan berdiri di depanku. “Ye…” jawabku singkat. “Eh, Siapa yg bersamamu saat itu?” tanya Gyu Ri sambil memainkan kipas bulu ayam di tangannya. “Yg mana?” tanyaku balik. “Pabbo… Itu…” ujar Nam Shi. Gyu Ri melanjutkan ucapan Nam Shi “Namja yg membawamu pulang beberapa hari yg lalu? Apa itu pacarmu? Atau…”. “Ey… Tidak mungkin jika itu pacarnya? Dia terlalu sempurna itunya. Hahahah…” ucap Hee Ja memotong pembicaraan Gyu Ri. Aku terus diam, tidak menjawab pertanyaan mereka sedikitpun.
Mereka memberiku banyak pertanyaan tentang Chun ji. Aku mulai resah dan memutuskan untuk pergi. Namun, keinginanku terputus saat Chef Master masuk bersama seorang namja.
“Annyeonghaseyo…” sapanya. “Perkenalkan. Ini teman baru kalian. Silahkan, perkenalkan namamu pada teman-teman” lanjutnya.
“Annyeong… Namaku Jeongmin. Mohon bimbingannya…” ucapnya singkat. “Ye… Kau duduk di sana” ujar Chef Master menunjuk meja kosong yg berada di sampingku.
Chunji segera menempati meja kosong itu. Lalu, seorang temanku berkata “Hey Jeongmin, awas kau terkena virus dari Ririn”. “Mwo?” jawabku kesal.
“Sudah… Lebih baik, sekarang kalian bersiap-siap untuk praktek membuat Cake untuk ulang tahun” ujar Chef Master.
Semua segera pergi ke ruang prakter dan mengerjakan tugas dari Chef Master. Dan seperti biasa, Hee Ja, Nam Shi, dan Gyu Ri bersikap mencari perhatian dari teman-teman. Gyu Ri mulai mencari perhatian dari Jeongmin.
Saat aku sedang berkonsentrasi mencoba menghias Cake keci. Gyu Ri mulai mengejekku “Eh liat. Cakeku cantikkan? Walaupun orang tuaku bukan seorang Koki terkenal. Tapi, hasilnya lebih bagus dari Ririn kan?”. Aku masih dapat menjaga emosiku. Namun, saat dia mengejekku dengan ucapan yg tidak pantas. Adrenalinku semakin tinggi dan refleks aku melempar Cake kecilku ke arahnya. Tapi, Gyu Ri menghindar dan Cake itu mengenai wajah Chunji. “Ah Mian Jeongmin. Mianhae…” ucapku lalu pergi dari ruangan praktek.
Aku meminta izin pada Chef Master untuk pulang lebih awal. Dan aku akan melaksanakan praktek sendiri. Dan Chef mengizinkanku.
Aku segera menghubungi Chun ji dan memintanya untuk menjemputku lebih awal.
“Wae? Apa teman-teman berbuat sesuatu yg aneh lagi?” tanya Jeongmin saat perjalanan menuju rumah. “Ye…” jawabku sambil cemberut. “Ey. Kau tidak boleh seperti itu. Mana adikku Ririn yg sebenarnya?” ucapnya menghiburku. “Aaah, Oppa… Bisakah kau mengantarku ke makam Appa?” pintaku. Dan Oppa menerima permintaanku.
Aku menangis di hadapan makam Appa. Aku menceritakan segalanya. Aku melampiaskan segala kekesalanku. Dan Chun ji membiarkanku seperti itu.
Setelah dari pemakaman, aku meminta Jeongmin mengantarku ke Super Market. “Oppa…” bujukku sambil menarik rambutnya. “Ye…” jawabnya. “Antar aku pergi Super Market” pintaku. “Ye… Untuk apa?” ujarnya. “Aku ingin membeli beberapa bahan untuk membuatku. Aku akan membuatnya di rumah” ucapku sambil memainkan kuku. “Jinjayo?” tanya Jeongmin heran. “Ne…” jawabku menunduk.
Sampai di Rumah aku segera pergi ke dapur dan membuat Cake. Aku berusaha untuk member yg terbaik dan membuktikan pada Gyu Ri dan teman-teman bahwa aku bisa melakukannya. Dan akhirnya aku dapat menghasilkan kue yg sangat indah.
Tak lama Eomma pulang dari Restaurant. “Waw… Wangi apa?” tanya Eomma lalu mencari sumber wangi itu. “Ey. Siapa yg buat Cake ini?” tanya Eomma sambil mengangkat Cake yg aku simpan di meja makan. Jeongmin menjawab pertanyaan Eomma “Itu buatan adikku, Eomma”. “Jinjayo?” ujar Eomma heran dan segera mencoba Cake itu. “Waw. Ini lebih dari sempurna” puji Eomma. “Waaaah… Adikku hebat” ujar Jeongmin melanjutkan perkataan Eomma. “Hehe… Gomawo” jawabku tersipu malu.
Setelah makan Cake buatanku, Eomma segera pergi ke kamar dan membawa beberapa tas. “Eomma. Mau kemana?” tanyaku pada Eomma. “Euh… Eomma harus mengikuti pelatihan masak di Macau. Oppa, tolong jaga adikmu” jawab Eomma lalu pergi.
Lalu malamnya, aku dan Oppa Chun ji mengabiskan waktu di teras atas sambil makan Pop Corn dan bercanda. Oppa menceritakan pengalamannya di Asrama.
“Heh. Sejak tadi hanya aku saja yg bercerita. Sekarang kau yg bercerita” pintanya. “Anie… Anieyo…” tolakku sambil menarik tempat pop corn yg ada di tangannya. “Wae? Ayolah tidak usah malu. Aku Oppamu” bujuk Chun ji, menarik kembali tempat pop corn itu. “ Selama ini aku hanya menjadi bahan tertawaan teman-temanku saja” jawabku lalu menangis. “Aaah sudahlah… Begitu saja kau menangis” ujarnya. Mendengar itu aku mengerutkan dahiku dan menjawab perkataanya “Oppa tidak mengerti…”. “Ne… Mianhae” ucapnya lalu memelukku. Aku melepaskan pelukannya “Oppa… Tadi temanku menanyakanmu”. “Mwo?” tanya Jeongmin singkat. “Ne, mereka bertanya siapa kau?” jawabku. “Kau jawab apa?” tanya Jeongmin kembali sambil memegang kedua pundakku. “Aku tidak jawab apa-apa?” jawabku. Chun ji mencubit pipiku “Pabbo. Bilang saja kalau aku ini pacarmu” ujarnya. “Untuk alasan apa aku menjawab seperti itu” tanyaku. “Ash. Sesekali kau harus membuat mereka jengkel. Mulai besok, Kau harus berpura-pura berpacaran denganku” ujarnya. “Anieyo…” jawabku lalu pergi ke kamar. Chun ji mengejarku dan berkata “Ayo… Ini untuk kebaikanmu”.
          < HAPPY COOKING >

TO BE CONTINUED
Ya atau Tidak ???    >>> TEBAK