Jumat, 24 Februari 2012

Happy Cooking !! Part 1

Because of You
Annyeonghaseyo. Namaku Hwang Ririn. Orang bilang bahwa aku adalah orang yg sangat cocok untuk dijadikan sasaran kejahilan teman-temanku.
Kini, aku hanya tinggal bersama Eomma. Eommaku seorang Koki terkenal di Korea. Sedangkan Appa, dia sudah meninggal 3 tahun yg lalu karena kecelakaan pesawat. Dan Oppa Jeongmin, tinggal di Asrama pelatihan sebagai Pilot.
Harapan Eomma, aku bisa menjadi Koki terkenal seperti dia. Oleh karena itu, Eomma menyekolahkanku di Sekolah Masak. Begitupun dengan Oppa, Eomma berharap Oppa bisa seperti Appa menjadi seorang Pilot handal.
Sudah hampir 1 tahun aku sekolah di sini. Tapi, kemampuan masakku belum sepantas dengan kemampuan Eomma karena hobbiku yg selalu mengganggu temanku dan tidak berkonsentari pada materi.
“Oh, Ri Rin. Sampai kapan kau akan terus begini?” ujar Eomma saat melihat hasil praktek masakku di sekolah. “Mian Eomma. Mianhae… Mulai saat ini aku akan lebih berkonsentrasi” ucapku sambil duduk di hadapannya. “Ye… Berdirilah. Untuk kali ini, eomma maafkan. Tapi, jika test selanjutnya kau tidak bisa. Mianhae… Eomma tidak akan mengizinkanmu keluar rumah selama 3 bulann dan menyiapkan pelatih untukmu” ujarnya lalu masuk ke dapur. Aku mengikutinya. “Mengapa tidak Eomma saja yg mengajariku? Bukankah Eomma Koki terkenal?” tanyaku. “Anie… Jika bersama Eomma, kau akan lebih bermalas-malasan. Sudah, pergi sana” jawabnya.
Aku segera masuk kamar. “Mianhae Eomma… Oh, andai Appa masih hidup dan Oppa tidak tinggal di Asrama, aku tidak akan merasa kesepia” Pikirku.
Aku terus memikirkan itu hingga aku tertidur.
“Ririn...” panggilan Eomma membangunkanku. Aku melihat jam, sudah menunjukan jam 07. 30. Waaaaahhhh, aku terlambat. Aku segera bersiap-siap. Dan saat menuju ruang makan, aku kaget saat melihat Oppa Chun ji sedang sarapan bersama Eomma. “Oppa…” panggilku lalu berlari memeluknya. “Ye…” jawabnya. “Oppa, Mengapa kau baru pulang? Aku sangat merindukanmu” ujarku sambil terus memeluknya. “Ne… Aku juga sangat merindukanmu. Cepat habiskan makananmu, biar Oppa yg mengantarmu sekolah” ucapnya membuatku melepaskan pelukanku dan segera menghabiskan sepotong roti yg sudah di siapkan Eomma. “Ye… Kita pergi” ucapku lalu menarik tangan Jeongmin. “Eh. Eomma, kita pergi” ujarnya sambil melambaikan tangan. Eomma tertawa melihat tingkahku.
Aku membukakan pintu mobil untuknya sebagai tanda kasih sayangku pada Oppa Chun ji. “Gomawo, Ri Rin…” ujarnya lalu menyalakan mobil. “Cheonmaneyo, Oppa” ucapku sambil tersenyum padanya.
Akhirnya kita sampai di sekolahku. “Gomawo, Oppa. Saranghae” ucapku sambil melambaikan tangan padanya. “Cheonma, Ririn. Nanti kau tidak perlu meminta Eomma untuk menjemputmu, biar Oppa yg akan memjemput” ujarnya. “Ah, Jinjayo?” tanyaku pada Jeongmin. “Ye…” jawabnya. Aku berlari menuju mobil, lalu mencubit pipinya. “Gomawo, Oppa… Gomawo……” ucapku. Jeongmin mengerungkan dahinya… Lalu, aku segera berlari menuju kelasku.
Aku terkejut saat masuk ke kelas. Teman-teman kelasku menjahiliku dengan menyimpan ember yg berisi tepung dan telur di atas pintu. Semua menertawakanku.
Aku segera berlari ke toilet. Aku menangis dan terus menangis. Tak lama Chun ji menelponku dan mendengarku sedang menangis. “Hey, mengapa kau menangis?” tanya Chun ji. “Anieyo…” jawabku lalu menangis semakin kencang.
Oppa Chun ji pergi mencariku di sekolah dan menanyakan keberadaanku. Dan akhirnya dia menemukakan sedang menangis di toilet sekolah.
“Ririn...” panggilnya. “Oppa…” jawabku sambil menangis. “Siapa yg berani melakukan ini padamu?” tanya Chun ji. Aku tidak menjawab pertanyaannya malah menangis semakin kencang. “Ya sudahlah. Kita pulang…” lanjutnya.
Jeongmin membawaku pulang ke rumah. Semua pandangan bertuju padaku.
Sampai di rumah aku terus menangis. Eomma terkejut melihatku. “Wae?” tanya Eomma. “Sepertinya Ririn dijahili oleh teman-temannya” jawab Chun ji. “Ah sayangku...” ujar Eomma. Eomma membantuku membersihkan tepung-telur yg menempel di badanku. Lalu, Eomma memintaku untuk beristirahat.
Badanku menjadi demam tinggi. Eomma terus menungguku. Dan tak sengaja aku mengigau. “Appa… Appa… Aku lelah, Appa”. Mendengar itu, Eomma menangis lalu pergi dari kamarku. Jeongmin segera pergi ke kamarku. Dan mengantikan Eomma menjagaku.
Selama 3 hari, aku tidak pergi ke sekolah dan hanya merenung di kamar. Melihat keadaanku, Jeongmin bernyanyi untukku. Tapi, usahanya sia-sia.
Keesokkan harinya, aku memutuskan untuk pergi sekolah. “Aku ingin sekolah” ucapku saat kita makan bersama. “Apa kau yakin?” tanya Eomma sambil menyuapiku. “Ne…” jawabku singkat. “Biar aku yg mengantarnya ke sekolah. Eomma tidak usah khawatir, aku tidak akan membiarkan Ririn menangis karena teman-temannya” ujar Chun ji.
Oppa Chun ji mengantarku hingga depan kelas. “Kalau teman-temanmu membuatmu sedih, katakan padaku” ucap Jeongmin sambil memegang pipiku. “Ne…” jawabku. Lalu, aku masuk ke kelas begitu saja.
Karena kejadian itu, sikapku kini sedikit berubah. Semua teman mengenjekku tapi aku hanya diam. Tak lama Hee Ja, Nam Shi, dan Gyu Ri masuk kelas. Mereka adalah salah satu grup penguasa sekolah. Mereka yg slalu mempunyai ide untuk menjahili siswa di sekolah.
“Annyeonghaseyo…” ucap mereka mendekatiku dan berdiri di depanku. “Ye…” jawabku singkat. “Eh, Siapa yg bersamamu saat itu?” tanya Gyu Ri sambil memainkan kipas bulu ayam di tangannya. “Yg mana?” tanyaku balik. “Pabbo… Itu…” ujar Nam Shi. Gyu Ri melanjutkan ucapan Nam Shi “Namja yg membawamu pulang beberapa hari yg lalu? Apa itu pacarmu? Atau…”. “Ey… Tidak mungkin jika itu pacarnya? Dia terlalu sempurna itunya. Hahahah…” ucap Hee Ja memotong pembicaraan Gyu Ri. Aku terus diam, tidak menjawab pertanyaan mereka sedikitpun.
Mereka memberiku banyak pertanyaan tentang Chun ji. Aku mulai resah dan memutuskan untuk pergi. Namun, keinginanku terputus saat Chef Master masuk bersama seorang namja.
“Annyeonghaseyo…” sapanya. “Perkenalkan. Ini teman baru kalian. Silahkan, perkenalkan namamu pada teman-teman” lanjutnya.
“Annyeong… Namaku Jeongmin. Mohon bimbingannya…” ucapnya singkat. “Ye… Kau duduk di sana” ujar Chef Master menunjuk meja kosong yg berada di sampingku.
Chunji segera menempati meja kosong itu. Lalu, seorang temanku berkata “Hey Jeongmin, awas kau terkena virus dari Ririn”. “Mwo?” jawabku kesal.
“Sudah… Lebih baik, sekarang kalian bersiap-siap untuk praktek membuat Cake untuk ulang tahun” ujar Chef Master.
Semua segera pergi ke ruang prakter dan mengerjakan tugas dari Chef Master. Dan seperti biasa, Hee Ja, Nam Shi, dan Gyu Ri bersikap mencari perhatian dari teman-teman. Gyu Ri mulai mencari perhatian dari Jeongmin.
Saat aku sedang berkonsentrasi mencoba menghias Cake keci. Gyu Ri mulai mengejekku “Eh liat. Cakeku cantikkan? Walaupun orang tuaku bukan seorang Koki terkenal. Tapi, hasilnya lebih bagus dari Ririn kan?”. Aku masih dapat menjaga emosiku. Namun, saat dia mengejekku dengan ucapan yg tidak pantas. Adrenalinku semakin tinggi dan refleks aku melempar Cake kecilku ke arahnya. Tapi, Gyu Ri menghindar dan Cake itu mengenai wajah Chunji. “Ah Mian Jeongmin. Mianhae…” ucapku lalu pergi dari ruangan praktek.
Aku meminta izin pada Chef Master untuk pulang lebih awal. Dan aku akan melaksanakan praktek sendiri. Dan Chef mengizinkanku.
Aku segera menghubungi Chun ji dan memintanya untuk menjemputku lebih awal.
“Wae? Apa teman-teman berbuat sesuatu yg aneh lagi?” tanya Jeongmin saat perjalanan menuju rumah. “Ye…” jawabku sambil cemberut. “Ey. Kau tidak boleh seperti itu. Mana adikku Ririn yg sebenarnya?” ucapnya menghiburku. “Aaah, Oppa… Bisakah kau mengantarku ke makam Appa?” pintaku. Dan Oppa menerima permintaanku.
Aku menangis di hadapan makam Appa. Aku menceritakan segalanya. Aku melampiaskan segala kekesalanku. Dan Chun ji membiarkanku seperti itu.
Setelah dari pemakaman, aku meminta Jeongmin mengantarku ke Super Market. “Oppa…” bujukku sambil menarik rambutnya. “Ye…” jawabnya. “Antar aku pergi Super Market” pintaku. “Ye… Untuk apa?” ujarnya. “Aku ingin membeli beberapa bahan untuk membuatku. Aku akan membuatnya di rumah” ucapku sambil memainkan kuku. “Jinjayo?” tanya Jeongmin heran. “Ne…” jawabku menunduk.
Sampai di Rumah aku segera pergi ke dapur dan membuat Cake. Aku berusaha untuk member yg terbaik dan membuktikan pada Gyu Ri dan teman-teman bahwa aku bisa melakukannya. Dan akhirnya aku dapat menghasilkan kue yg sangat indah.
Tak lama Eomma pulang dari Restaurant. “Waw… Wangi apa?” tanya Eomma lalu mencari sumber wangi itu. “Ey. Siapa yg buat Cake ini?” tanya Eomma sambil mengangkat Cake yg aku simpan di meja makan. Jeongmin menjawab pertanyaan Eomma “Itu buatan adikku, Eomma”. “Jinjayo?” ujar Eomma heran dan segera mencoba Cake itu. “Waw. Ini lebih dari sempurna” puji Eomma. “Waaaah… Adikku hebat” ujar Jeongmin melanjutkan perkataan Eomma. “Hehe… Gomawo” jawabku tersipu malu.
Setelah makan Cake buatanku, Eomma segera pergi ke kamar dan membawa beberapa tas. “Eomma. Mau kemana?” tanyaku pada Eomma. “Euh… Eomma harus mengikuti pelatihan masak di Macau. Oppa, tolong jaga adikmu” jawab Eomma lalu pergi.
Lalu malamnya, aku dan Oppa Chun ji mengabiskan waktu di teras atas sambil makan Pop Corn dan bercanda. Oppa menceritakan pengalamannya di Asrama.
“Heh. Sejak tadi hanya aku saja yg bercerita. Sekarang kau yg bercerita” pintanya. “Anie… Anieyo…” tolakku sambil menarik tempat pop corn yg ada di tangannya. “Wae? Ayolah tidak usah malu. Aku Oppamu” bujuk Chun ji, menarik kembali tempat pop corn itu. “ Selama ini aku hanya menjadi bahan tertawaan teman-temanku saja” jawabku lalu menangis. “Aaah sudahlah… Begitu saja kau menangis” ujarnya. Mendengar itu aku mengerutkan dahiku dan menjawab perkataanya “Oppa tidak mengerti…”. “Ne… Mianhae” ucapnya lalu memelukku. Aku melepaskan pelukannya “Oppa… Tadi temanku menanyakanmu”. “Mwo?” tanya Jeongmin singkat. “Ne, mereka bertanya siapa kau?” jawabku. “Kau jawab apa?” tanya Jeongmin kembali sambil memegang kedua pundakku. “Aku tidak jawab apa-apa?” jawabku. Chun ji mencubit pipiku “Pabbo. Bilang saja kalau aku ini pacarmu” ujarnya. “Untuk alasan apa aku menjawab seperti itu” tanyaku. “Ash. Sesekali kau harus membuat mereka jengkel. Mulai besok, Kau harus berpura-pura berpacaran denganku” ujarnya. “Anieyo…” jawabku lalu pergi ke kamar. Chun ji mengejarku dan berkata “Ayo… Ini untuk kebaikanmu”.
          < HAPPY COOKING >

TO BE CONTINUED
Ya atau Tidak ???    >>> TEBAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar