Selasa, 07 Februari 2012

SHOW ME your Love

Ini adalah cerita tentang seorang anak yang bernama Niko.  Dia adalah anak yang  jenius dan sangat lugu. Dia juga anak dari pemilik perusahaan terkenal Karena itu, dia masuk ke sekolah terbaik di Jakarta.

Sekolah
Ini adalah kali pertama dia masuk sekolah. Semua mata tertuju padanya.  Mungkin mereka pertama kali melihat anak seperti Niko ada di sekolah yang hanya untuk anak-anak dari kalangan pejabat.
Niko          :  “Subhanallah. Ini sekolah atau istana? Bagus sekali.”
Ira           : “Ih... siapa itu? Aneh sekali  penampilannya.. Heu, cocok sekali untuk kamu Shela.”
Shela         : “Apa? Dia tidak cocok untuk aku.”
Ira           : “Kali aja, buat kamu jadikan pajangan”
Shela         : “Ah kamu.”
Niko masuk ke kelas. Suasana kelas sangat mengkhawatirkan. Ada yang sedang main handphone, ada yang sedang asyik berdandan, dan ada juga yang hany duduk sendiri dengan buku tebal di depannya.
Niko mengetuk pintu terlebih dahulu dan mengucapkan salam. Semua tertuju pada Niko, bukan jawaban salam yang dia teri’ma tapi hanya jadi bahan tertawaan. Akan tetapi, hanya Fitri yang menjawab salam darinya.
Niko          : “Assalamu’alaikum.” (Ketuk pintu)
Murid        : “Hahahaha...”
Fitri          : “Wa’alaikumsalam.”
Devi          : “Haha.. dikata ini masjid apa?
Shela         : “Itu adalah anak yang tadi. Untuk apa dia di sini?”
Devi          : “Ya... Buat belajar. Kamu bodoh sekali.”
Ira           : “Ya Tuhan. Ini buat aku ingin muntah.”
Niko mendekati  Fitri. Dan Fitri menjelaskan semua kepada Niko.
Niko          : “Boleh aku duduk di sini.”
Fitri          : “Iya, silahkan. Maaf, kelas ini memang begini.”
Niko          : “Oh, iya tidak apa-apa.”
Tidak lama. Dwi dan Mia masuk. Niko terpaku dengan Dwi.
Niko          : “Siapa itu?”
Fitri          : “Itu adalah Dwi dan Mia. Dwi adalah anak dari pemilik sekolah.”
Niko          : “Cantik sekali.”
Beberapa jam kemudian. Bel sekolah berbunyi. Triiiiing....

Sekolah
Niko mulai mengetahui semua tentang Dwi. Karena itu, dia mempersiapkan bunga untuk Dwi.
Dwi           : “Apa ini?”
Mia          : “Kamu bodoh. Itu bunga.”
Dwi           : “Iya, aku tahu. Tapi, buat apa?”
Mia          : “Mungkin itu dari Shandy?”
Dwi           : “Ah. Kamu. Tidak mungkin dia memberi bunga untuk aku.”
Dwi  tersenyum dan mencium bunga itu.
Pulang sekolah Dwi dan Mia bertemu Shandy.
Shandy       : “Hi...”
Dwi           : “Hi...”
Shandy       : “Siapa yang memberi bunga itu?”
Dwi           : “Apa? Berarti ini bukan dari kamu.”
Shandy       : “Kapan aku memberi kamu bunga?”
Dwi           : “Hah..?”
Shandy       : “Maaf. Aku harus pergi. Bye.”

Mall
Niko memandangi Dwi dari kejauhan. Dwi dan Mia pergi ke mall, karena hari ini adalah jadwal mereka untuk belanja dan pergi ke Discotik.
Dwi           : “Waw. Mia. Sale...”
Mia          : “Waw... Ini kesempatan untuk kita.”
Dwi           : “Ah.. Ini lucu sekali”
Tidak lama Niko mendatangi Dwi dan Mia.
Niko          : “Dwi.”
Dwi           : “Eh kamu. Sedang apa?”
Niko         : “Aku mengikuti kamu?”
Dwi memanfaatkan ini untuk belanja sepuasnya. Niko mulai bingung. Dan mereka juga mengajak Niko ke Diskotik. Di sana ada Devi, Ira dan She;a.
Niko         : “Tempat apa ini?”
Mia          : “Bodoh. Ini Diskotik.”
Niko          : “Oh, ini yang namanya Diskotik.”
Niko melihat semua

Sekolah
Niko menceritakan semua kepada Fitri. Fitri menjelaskan semua kepada Niko.
Niko          : “Kemarin. Uang aku habis untuk belanja?”
Fitri          : “Belanja?”
Niko          : “Untuk Dwi. Aku juga diajak ke Diskotik”
Fitri          : “Subhanallah. Kamu tidak boleh seperti itu. Kalau kamu suka Dwi, jadilah diri kamu sendiri.”
Niko          : “Tapi???”
Dwi masuk dan mendekati Niko.
Dwi           : “Terima kasih Niko. Oh, sabtu nanti ada pesta di rumahku.”
Niko hanya mengangguk dan tersenyum. Fitri mulai berpikir bagaimana cara agar mereka tidak mempermainkan Niko.
Fitri          : “Oh. Aku tahu.”
Niko          : “Apa?”
Fitri          : “Nanti.”

Restaurant
Fitri mengajak Niko untuk bertemu dengan temannya , Febi.
Niko          : “Siapa yang kita tunggu? Lama sekali.”
Fitri          : “Tunggu.”
Febi masuk.
Febi          : “Fitri...”
Fitri          : “Hi... Niko, kenalkan ini Febi.”
Niko          : “Subhanallah...”
Fitri          : “Lebih cantik dari Dwi.”
Niko          : “Iya.”
Febi          : “Apa Fitri? Kamu buat aku malu.”
Fitri          : “Memang begitu. Niko, sabtu pagi kamu datang ke rumahku.”

Rumah Fitri
Fitri mengubah penampilan Niko. Mulai dari penampilan baju, hingga rambut.
Fitri          : “Kamu pakai ini.”
Niko          : “Untuk apa?”
Fitri          : “Pakai.”
Penampilanya berubah. Dan tidak lama Febi masuk
Niko          : “Waw. Cantik sekali.”
Febi          : “Terima kasih.”
Fitri          : “Nanti kamu pergi bersama Febi.”
Niko          : “Benarkah?”
Fitri          : “Iya.”
Niko          : “Dan kamu?”
Fitri          : “Aku menyelsaikan cerita untuk majalah. Cepat, pergi!”
Niko          : “Ayo !”
Febi          : “Iya.”

Rumah Dwi
Pesta sangat meriah. Terlihat Shela dan Ira sedang menikmati makanan. Devi, Mia dan Dwi menyusun rencana untuk menjaili Niko.
Shela         : “Makanannya enak sekali.”
Ira           : “Aku sangan puas.”
Devi          : “Ah, makan terus. Badan kalian sudah besar.”
Shela         : “Ini adalah badan aku.”
Ira           : “Iya. Badan aku lebih bagus dari Julia Perez. Kamu tahu?”
Devi          : “Terus, aku harus bicara WOWW.”
Ira           : “Apa?”
Mia          : “Sudah jangan bertengkar. Rencananya?”
Ira           : “Apa?”
Devi          : “Kita buat semua orang mentertawakan Niko.”
Dwi           : “Bagus.”
Tidak lama. Niko masuk bersama Febi. Dan Dwi mengira, itu adalah Shandy.
Dwi           : “Shandy.”
Shela         : “Itu siapa?”
Dwi           : “Oh... Tuhanku.”
Niko mendekati Dwi. Dan ternyata di belakang Niko adalah Shandy. Niko membuka topengnya.
Dwi           : “Shandy?”
Niko          : “Aku adalah Niko.”
Shandy       : “Apa?”
Niko         : “Maaf. Semua rencana kamu harus gagal. Aku datang bersama Febi, dia lebih cantik dari kamu dan tentunya lebih baik.”
Dwi           : “Hah?”
Niko          : “Kamu dan aku. END”
Shandy       : “Ada apa?”
Niko          : “Tidak. Dwi, ada orang yang lebih pantas dari aku. Dan itu Shandy.”
Shandy menjadi bingung. Niko dan Febi pergi. Mereka mulai menikmati suasana meriah. Mereka mulai membuka perasaan mereka. Pada akhirnya Niko bersama Febi, dan Dwi bersama Shandy.

Pesan  “Jangan pernah menilai orang dari penampilan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar